PEMUTARAN 1 [16:00-18:00] Rangkai x Cinema Poetica: Darah, Lendir dan Hantu di Sekitar Kita - Azzam Fi Rullah
RUNDOWN:
16:00 - 18:00 : Pemutaran 1 (https://lu.ma/zqjwhx0i)
18:00 - 20:00 : Pemutaran 2 FULL!! (https://lu.ma/rjgmy40z)
20:00 - 22:00 : Diskusi
--
Darah, Lendir, dan Hantu di Sekitar Kita
Sebuah Diskusi tentang Film-film Azzam Fi Rullah
Film-film Azzam Fi Rullah (atau Ry Woyzeck atau entah nama lain yang ia kenakan nantinya) banyak mengutip ekspresi sinematik yang kerap terpinggirkan atau terkubur dalam sejarah gagasan sinema. Dari film erotik, mistik lokal, horor low budget, hingga siaran televisi tengah malam, semuanya rutin singgah di filmografi Azzam. Pakem dari film-fim ini jarang ‘diseriusi’ sebagai kemungkinan estetis. Bisa jadi karena bahan-bahan olahan Azzam ini seringnya dianggap low taste atau kurang artistik, bisa jadi juga karena konsumsi akan hal-hal tersebut kerap dianggap nirakhlak atau tak pantas secara moral.
Azzam tak hanya menyeriusinya, tapi juga merayakannya. Arumi dan Lidah Pocong (2021) menyulap suatu hal sebuah ancaman yang menantang iman. Semangkuk mie berkuah liur pocong—beserta serangkaian adegan absurd yang mengiringinya—membuat kita tertawa sekaligus jijik. Bootlegging My Way into Hell (2022) setali tiga uang. Bedanya, film ini melibatkan mitos bintang porno dan ritual kesuburan (dan juga bujet serta skala produksi yang lebih besar). Paling anyar ada Trauma Kuntilanak (2023) yang membawa ke zona mockumentary alias dokumenter bohongan-tapi-beneran. Mungkin Azzam sedang membuat tribut untuk Misteri Bondowoso alias video horor paling hits se-nusantara?
Sekilas, filmografi Azzam tampak sebagai aksi nostalgia atau klangenan semata. Pakem-pakem sensionalistik menghubungkan dan menghidupkan adegan demi adegan, dari kostum norak atau mencolok, tindak amoral atau menyerempet tabu, hingga penekanan audiovisual yang sengaja dilebih-lebihkan. Pada masanya, pakem-pakem ‘eksploitatif’ ini erat kaitannya dengan roda ekonomi industri, yang menuntut produk siap saji yang bisa menyergap atensi. Bagaimanapun juga, tabu dan seks terbukti menjual. Dalam filmografi Azzam, yang dominannya berada di luar arus utama produksi, pakem-pakem ini jadi punya dimensi lebih, tak saja sebagai ungkapan sinematik tapi juga sebagai titik temu di ruang-ruang yang lebih marginal.
Dalam diskusi ini, film-film Azzam akan dibedah dari akarnya sebagai surat cinta untuk sinema, untuk berbagai kenikmatan khas dari film-film yang tak jarang dianggap remeh. Bahasan akan berkiblat pada inspirasi, proses kreatif, dan siasat produksi Azzam. Akan dibahas juga bagaimana film-film Azzam bergerilya dari satu layar ke layar lain, yang pada prosesnya menemukan publiknya sendiri.
Menampilkan:
Azzam Fi Rullah (Ry Woyzeck entah nama lain yang ia kenakan nantinya)
Adrian Jonathan (Cinema Poetica)
Sastha Sunu (Editor film Suzzana (2021 & 2023), 5CM (2012) dan lainnya)
Alexander Matius (Program Director JAFF dan Cinema Programmaer FLIX Cinema)
Moderator:
Dini Adanurani (Peneliti Film)
ADA MERCHANDISE KHUSUS ACARA INI!
GRATIS! (PENDAFTARAN MENGGUNAKAN TIKET DARI WEB INI, CEK EMAIL)
Bila ada pertanyaan dapat menghubungi:
Abidzar Ghifary - 0815 1987 2700 / content@rangkai.id